17 August 2015

Mengapa Harus Berubah ?



Perubahan selalu terjadi. Untuk menyikapinya, kita bisa mengikuti perubahan tersebut atau berdiam diri. Pada level tertentu, kita bisa menjadi pembawa perubahan itu sendiri.

Melakukan perubahan besar dalam hidup memang terasa agak menakutkan. Tapi tahukah kau apa yang lebih menakutkan dari itu ? Penyesalan."
Dalam menghadapi perubahan, setiap orang memiliki faktor "pendorong"  atau "motivasi" yang berbeda-beda. Ada yang melihat perubahan sebagai "peluang", lalu melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menjadi lebih baik. Ada pula yang melihat perubahan sebagai "tantangan" sehingga merasa harus melakukan tindakan-tindakan untuk bertahan atau mencapai hasil yang lebih baik.

Sejumlah orang berubah ketika melihat cahaya. Yang lain berubah ketika merasa kepanasan." - Caroline Schroeder
Paul G. Stoltsz, dalam bukunya yang berjudul Advertisy Quotient, membagi hambatan menjadi tiga tingkat kesulitan seperti gambar berikut :



Umumnya model yang digambarkan dalam bentuk piramida dibaca dari bawah ke atas, tapi model piramida tingkat kesulitan ini dibaca dari atas ke bawah. Tingkat kesulitan pertama muncul dari masyarakat, mencakup kejadian dan perubahan seperti krisis ekonomi, meningkatnya kejahatan, krisis moral, dan berbagai perubahan lainnya.

Tingkat kesulitan berikutnya terjadi di tempat kerja, ketika perubahan akan membawa dampak pada ketidakpastian karyawan terhadap pekerjaan dan penghasilannya, Setiap orang yang bekerja akan berusaha mengikuti perubahan itu atau berisiko tersingkir dari pekerjaannya.

Tingkat kesulitan ketiga adalah tingkat kesulitan di level individu, yaitu kesulitan menghadapi perubahan pada "diri sendiri". Berdasarkan survei, rata-rata anak usia enam tahun tertawa tiga ratus kali setiap hari, sementara rata-rata orang dewasa hanya tujuh belah kali. Mengapa begitu ? Penyebabnya adalah kesulitan dari waktu ke waktu yang harus di hadapi oleh orang dewasa.

Orang yang menghadapi kesulitan dalam kehidupan bisa berpikir, "Saya tahu ini sulit, tapi..." Kata-kata selanjutnya bisa beraneka macam, dan merupakan wujud reaksi orang tersebut terhadap kesulitan akibat perubahan. Pemikiran itu lalu bisa dikembangkan menjadi, "Apa yang akan terjadi bila saya tidak melakukan perubahan ?"

No comments:

Post a Comment